Jumat, 30 Mei 2008

Kebebasan Selektif Adalah Cara Mengasuh Anak yang Baik

Cara pengasuhan anak yang digunakan orangtua di masa lampau cenderung menggunakan cara ‘tangan besi’. Orangtua selalu berusaha mengendalikan anak dengan caranya sendiri. Mereka tidak jarang memaksakan kehendak kepada anak. Anak harus menuruti apa yang diperintahkan mereka kepadanya. Jika orangtua berbuat salah, mereka seringkali melarang anak berkeluh kesah. Cara pengasuhan anak seperti itu tentu tidak baik dan akan menjadikan anak sebagai korban. Ia akan tumbuh menjadi orang yang penakut dan tidak percaya diri.


Seiring dengan waktu, secara perlahan pengasuhan anak seperti di atas mulai ditinggalkan para orangtua. Mereka tidak lagi memaksakan kehendak dan menuntut anak untuk selalu menuruti apa yang dikatakan orangtua. Artinya, orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak. Tetapi, cara pengasuhan seperti itu juga ternyata tidak efektif. Sebaliknya, malah menimbulkan kepribadian yang buruk pada anak. Selain itu, orangtua telah memberikan kesan kepada anak bahwa mereka adalah ‘lemah’. Sebab, orangtua menjadi selalu mengalah, membiarkan anak melakukan apa saja yang ia inginkan, dan tidak pernah menuntut anak untuk melakukan ini dan itu.

Maka, akibatnya anak tersebut besar kemungkinan akan menjadi orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Ia ingin orang-orang yang ada di sekelilingnya selalu tunduk dan menurut kepadanya. Anak seperti ini apabila mendapat penolakan atas apa yang diinginkannya maka ia boleh jadi melakukan tindakan yang berbahaya. Dan, jika ia ternyata tidak mampu melakukan apa yang ia inginkan maka ia akan cepat putus asa.

Mengasuh anak dengan cara terlalu mengekang dan terlalu memberikan kebebasan adalah sama-sama memberikan dampak negatif kepada anak. Ada cara yang baik dapat orangtua lakukan kepada anak selain kedua cara tersebut. Yaitu, dengan cara memberikan kebebasan selektif (Ibrahim Amini, 2006). Maksudnya, orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tetapi tetap dengan batasan-batasan tertentu.

Contoh, orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain bersama di rumah temannya. Tetapi, ia harus tetap dapat bersikap baik dan berhati-hati supaya tidak memecahkan atau merusak barang yang ada di rumah temannya tersebut. Atau, orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk mengundang temannya bermain dan bermalam di rumahnya. Tetapi, orangtua tetap harus memberikan batasan kepadanya. Minimal, sang anak harus bisa mengatur dan memimpin teman-temannya supaya mau ikut peraturan yang ada di rumah ini. Contohnya, membereskan bekas main, tempat tidur, dan piring-piring bekas makan).

Hidup Kebebasan!!!!!!!!!!!!!!!!1

0 komentar:

mucis ........